Halmahera, juga disebut Djailolo atau Jailolo, pulau terbesar di Maluku, di Indonesia, secara administratif merupakan bagian dari propinsi Maluku Utara (Maluku Utara). Pulau yang terletak di antara Laut Maluku (barat) dan Samudra Pasifik (timur), terdiri dari empat semenanjung yang mengelilingi tiga teluk besar (teluk): Kau di timur laut, Buli di timur, dan Weda di tenggara. Halmahera memiliki luas 6.865 mil persegi (17.780 km persegi), dan namanya berarti “tanah air”. Tanah genting menghubungkan suku Lingon semenanjung utara dengan yang lain dan membentuk teluk di sisi barat pulau, di muara teluk ini adalah pulau Ternate, dari mana Maluku Utara dikelola, dan Tidore.
Keempat semenanjung dilintasi searah sumbu membujurnya oleh rantai pegunungan berhutan lebat setinggi 3.000 hingga 5.000 kaki (900 hingga 1.500 meter), sering kali diselingi oleh dataran. Bagian dari rantai semenanjung utara adalah gunung berapi, tiga gunung berapi aktif, salah satunya, Gunung Gamkonora, mencapai 5.364 kaki (1.635 meter). Ada banyak sungai kecil Slot Terpercaya dan beberapa danau, dan di dekat Weda terdapat gua yang berisi stalaktit. Ada cerita menarik dari dalam Halmahera. Pulau terbesar di wilayah Kepulauan Maluku, bagian dari administrasi Maluku Utara.
Ceritanya tentang identitas fisik salah satu suku yang mendiami hutan di dalam Halmahera. Tinggal di belantara Halmahera, suku Ringon memiliki ciri fisik yang unik berupa mata berwarna biru cerah. Warna mata mereka benar-benar menyerupai warna mata “orang asing” di Amerika dan Eropa. Halmahera sendiri merupakan salah satu pulau terbesar di Kepulauan Maluku, namun hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan suku ini karena letaknya yang sangat jauh sehingga jarang terlihat dari luar. Ciri-ciri fisik masyarakat Lingon seperti orang Eropa.
Lingon, seperti kebanyakan penduduk Halmahera, bukan dari ras Wedoid, Melanesia, Polinesia, atau Mongoloid. Suku tersebut sebenarnya termasuk ras Kaukasia, sehingga penampilannya menyerupai orang Eropa. Konon ada kapal Eropa yang tenggelam slot gacor di perairan Halmahera ratusan tahun lalu. Beberapa penumpang yang selamat dan terdampar di pulau itu kemudian menetap di pulau itu. Diyakini bahwa itu berasal orang Eropa dari nenek moyang Lingon. Mereka menetap selama ratusan tahun dan kemudian mulai membentuk kelompok suku mereka sendiri.
Ada yang mengatakan bahwa suku Lingon, seperti kepercayaan awal suku-suku Nusantara lainnya, menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Secara fisik, orang Lingon sangat mirip dengan orang Eropa. Mereka umumnya memiliki tubuh yang lebih besar dari ukuran tubuh orang Indonesia.
Kulit mereka putih dan fitur wajah mereka kurang lebih mirip dengan orang Eropa situs judi slot terbaik dan terpercaya no 1. Ada dugaan bahwa suku Lingon benar-benar punah, meski belum ada penelitian yang membuktikan hal ini. Konon suku Lingon juga bercampur dengan suku-suku lain di Kepulauan Maluku.